Senin, 23 April 2012

Bentuk-Bentuk Kelompok dan Aspek Psikologisnya




Bentuk-Bentuk Kelompok dan Aspek Psikologisnya
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah
Bimbingan dan Konseling Kelompok












Disusun Oleh Kelompok 2 Kelas IV D:

1.      M. Jamalludin                       ( 2010-31-153 )


PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
TAHUN 2011


A.    Kata Pengantar
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT Tuhan pencipta alam semesta yang menjadikan bumi dan isinya dengan begitu sempurna. Tuhan yang menjadikan setiap apa yang ada dibumi sebagai senjelajahan bagi kaum yang berfikir. Dan sungguh berkat limpahan rahmat Allah SWT penulis dapat menyelesaikan penyusunan ini demi memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling Kelompok.
Penyusunan makalah ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terikakasih.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan, sehingga dengan segala kerendahan hati kami mengharapkan saran dan kririk yang akan mendatang.
Semoga makalah ini dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan informasi yang bermanfaat bagi semua pihak.











DAFTAR ISI
Halaman Judul   ………………………………………………………………………..…     i
Kata pengantar   ………………………………………………………………………….    ii
Daftar isi   ………………………………………………………………………………..                iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang  …..…………………………………………………………….    1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………….   1
BAB II PEMBAHASAN
     A. Bentuk-Bentuk Kelompok  …………….……………………………………….   2
      B. Karakteristik atau Aspek-aspek Psikologisnya………………………………….   11
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan…………………………………………………...…………….........   17
2. Saran……………………………………………………………………….........   17
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………...............................   19

















BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Bimbingan kelompok merupakan salah satu bentuk pemberian bantuan (bimbingan) kepada orang – orang melalui prosedur kelompok dengan memanfaatkan suasana dan dinamika kelompok. Karena itu bimbingan kelompok tidak bermaksud menumbuhkan atau memperkembangkan seuatu kelompok, misalnya suatu kerumunan dibina agar menjadi kelompok atau membina suatu kelompok kecil yang tidak mantap menjadi suatu kelompok besar yang kuat dan mantap.
Kelompok adalah kumpulan sejumlah orang yang saling berkaitan satu sama lain, yang terikat oleh factor – factor pengikat tertentu untuk mencapai tujuan bersama. Agar bimbingan kelompok dapat mencapai hasil optimal, kita perlu mengenal kelompok yang akan dipergunakan sebagai wadah bimbingan kelompok.
Didalam psikologi social dikenal beberapa macam kelompok. Pembagian kelompok – kelompok ini disesuaikan dengan dasar pembagiannya. Dalam bimbingan kelompok, pengklasifikasian yang umum adalah mengklasifikasi dua type yaitu kelompok primer dan sekunder, kelompok social dan logical, kelompok terorganisasikan dan tidak terorganisasikan, kelompok homogeny dan heterogen, membership group dan reference group, in group dan out group, kelompok bebas dan kelompok tugas. Karena kelompok – kelompok tersebut banya ditemui dalam kegiatan bimbingan kelompok, maka macam – macam kellompok tersebut beserta aspek – aspek psikologisnya akan dibicarakan secara ringkas sebagai bahan pemahaman bagi konselor dan calon konselor. Dengan demikian pada saat melaksanakan bimbingan kelompok, konselor diharapkan dapat memilih teknik – teknnik yang sesuai dengan bentuk kelompok yang dihadapinya.
B.    Rumusan Masalah
            1. Sebutkan bentuk-bentuk kelompok dalam BK?
            2. Apa saja aspek-aspek psikologisnya?
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Bentuk-Bentuk Kelompok
1.      Kelompok Primer dan Sekunder.
Terbentuknya kelompok ini didasarkan atas keakraban (intimacy). Kelompok primer ditandai oleh hubungan pribadi yang akrab dan ditunjukan adanya kerjasama yang terus menerus, hubungan yang tidak formal dan pertemuan yang sering. Keluarga merupakan suatu bentuk kelompok primer yang paling  baik, contoh lainnya dalah teman sepermainan anak – anak, kelompok remaja, sahabat karib. Dalam kelompok ini tidak ada formalitas pimpinan atau keanggotaan. Pembagian tugas terjadi dengan sendirinya dan atas dasar kesukarelaan.
Kelompok sekunder didasarkan atas kepentingan – kepentingan tertentu untuk mencapai tujuan – tujuan khusus (special interest). Keberadaan kelompok ini lebih bersifat formal, tidak tergantung depada hubungan pribadi yang akrab meskipun hubungan antar anggota (langsung maupun tidak langsung)tetap ada, kurasng bersifat kekeluargaan, hubungan dinas dan objektif, pertemuan terjadi pada sat – saat ditentukan saja.
Didalam kelompok sekunder ada formalitas pimpinan dan anggota. Kelompok sekunder juga mempunyai aturan – aturan tertentu yang mengatur kegiatan pemimpin anggota – anggota serta hubungan diantara kelompok dengan kelompok lain. Contoh kelompok ini antara lain kelompok bangsa (ASEAN dan PBB) partai politik, kelompok profesi (PGRI , IPBI, IPKON, IDI), persatuan pegawai (KOPRI) dan sebagainya. Dalam kelompok sekunder akan kita jumpaai pola – pola tingkah laku yang berakar dari kebiasaan sikap dan peranan yang dikembangkan dalam kelompok primer. Anak yang mempunyai sikap menentang kepada kekuasaan dirumah, bisa menentang pula terhadap guru disekolah (tidak mengerjakan PR, melanggar tata tertib sekolah, meninggalkan kelas pada saat pelajaran atu bolos, mencari bocoran soal ujian), menentang polisi lalu lintas dijalan (tidak memakai helm, naik sepeda motor berboncenga tiga), peraturan pemerintah dimasyarakat (tidak mau memiliki KTP) dan lain – lain. Tetapi dilain pihak, anak bisa juga memodifikasi atau bahkan mengambil sikap yang berlawanan dengan sikap dan kebiasaan yang telah dikembangkan dalam kelompok primer. Hal ini sangat tergantung kepada nilai dan peranan kelompok sekunder bagi individu yang bersangkutan. Bila individu memiliki kepuasan dalam kelompoknya baik kepuasan karena prestise, persahabatan, keiatan dan sebgainya, maka pengaruh kelompok sekunder akan lebih kuat dari kelompok primer.
Anak yang dirumah hidup dalam suasana otoriter, disekolah ia menjumpai suasana demokratis; ia dapat mengekspresikan isi hatinya, energinya, keinginannya melalui kegiatan yang ada disekolah (olaah raga, seni, KIR) dan sebagainya; maka ia berkembang menjadia anak yang berani mengemukakan pendapat, bernani berinisiatif dan sebagainya.
2.      Kelompok Social dan Psikologikal.
Kelompok ini dibedakan atas daasar tujuan pokok yang ingin dicapai dan intensitas hubungan pribada antar anggota – anggotanya. Pada kelompok social, tujuan yang ingin dicapai biasanya tidak bersiffat pribadi (personal), melainkan dibentuk dengan tujuan bersama untuk kepentingan bersama, lebih bersifat social yang terbentuk secara personal.
Contoh nyata dari kelompok ini adalah persatuan buruh, badan amal koprasi, persatuan pelajar dan lain – lain.
Sedangkan pada kelompok psikologikal dasarnya lebih bersifat hubungan pribadi yang cukup mendalam. Para anggota kelompok psikologikal biasanya memasuki kelompok ini didorong oleh kepentingan yang menyangkut hubungan antar pribadi. Sekelompok mahasiswa BK yang setiap waktu ruang dikampus mwnggunakan waktunya untuk berbincang – bincang diteras ruang kuliah, merupakan salah satu bentuk kelompok psikologikal.
Kalau dalam kelompok primer dan sekunder terdapat perbedaan yang jelas dan tegas, tidak demikian dengan kelompok social dan psikologikal. Kedua kelompok ini sering tumpang tindih, oferlap.
Berikut ini adalah gambaran dari sekelompok mahasiswa BK setiap eaktu liang dikampus menggunakan waktunya untuk berbincang – bincang di teras ruang kuliah, mungkin mereka biasanya hanya berbicara yang tidak karuan juntrungnya. Suatu saat mereka mebicarakan tentang perkuliahan bimnbingan kelompok, bagaimana agar kita dapat mempelajari referensi yang ditunjuk oleh buku biombingan kelompok yang disusun oleh dosen pengampu, bagaimana cara menggandakan materi yang sudah dibukukan oleh dosen pengampu, dan sebagainya. Dengan demikian kelompok ini suasananya sudah berubah menjadi kelompok social. Demikian pula sekelompok siswa yang tergabung dalam persatuan pelajar (PII), mereka saling bertemu diruang pengurus PII dan lebih sering membina hubungan antar pribadi yang akrab, merencanakan rekreasi bersama dihari minggu, saling mengutakan kesulitannya dan saling membantu kesulitan temannya tersebut, sedangkan urusan organisasi (misalnya mengadakan pengadaan SIM secara kolektif, donor darah dan sebagainya) tidak dinicarak dalam pertemuan – pertemuan semacam ini. Kelompok ini telah bergeser dari kelompok sosiall menjadi kelompok psikologikal.
  1. Kelompok Formal dan Informal
                  Kelompok formal biasanya dibentuk berdasarkan tujuan dan aturan tertentu yang bersifat resmi ( dan tertulis ). Gerak dan kegiatan kelompok formal pun diatur dan tidak boleh menyimpang dari ketentuan itu. Aturan ini biasanya tertulis dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
Contohnya antara lain IPBI ( sekarang ABKIN)_berdasarkan keputusan kongres 1X di Bandarlampung 14-16 Maret 2001), IPKON, ISKIN, IGPI, merupakan kelompok formal yang mempunyai AD dn ART, sehingga keanggotaan. Kekayaan, kegiatan IPBI dan defisi-defisinya tersebut diatas diatur oleh AD dn ART tersebut.
                  Keberadaan kelompok informal tidak didasarkan atas hal-hal yang bersifat resmi seperti diatas, melainkan berdasarkan pada kemauan, kebebasan, dan selera orang-orang yang terlibat didalamnya.
Contohnya antara lain kelompok sepeda santai, mereka memakai uniform (seragam) sesuai dengan selera bersama, kapan mereka bersepeda juga bebas.
  1. Kelompok Terorganisasikan dan Tidak Terorganisasikan
                  Kelompok yang terorganisasikan adalah suatu kelompok dimana terdapat pembagian peranan dan tugas yang jelas dan tegas. Setiap anggota kelompok mengetahui apa tugasnya dan apa tugas orang lain, bagaimana kerjasama antara seorang anggota dengan anggota yang lain, peranan dan tugas tersebut berjalan sebagaiamana yang telah ditentukan.
                  Kelompok ini juga ditandai oleh fungsi kepemimpinan yang tegas, yang mengatur memberi kemudahan dan mengawasi dijalankannya peranan masing-masing anggota, bukan hanya kehadiran pemimpin sebagai figur. Karena itu kelompok biasanya kaku, kurang fleksibel, sebab segala pola interaksi telah ditentukan dalam peraturan. Pembagian tugas dan wewenang dapat membangkitkan GAIRAH dalam berpartisipasi, dapat mengembangkan perasaan bersatu (senc of belonging).
      Contoh kelompok ini antara lain OSIS, persatuan olahraga.
                  Dalam kelompok yang terorganisasikan dapat muncul hal-hal yang bersifat resmi atau formal maupun tidak resmi atu informal. Pembagian tugas dan peranan yang dilakukan oleh para anggota dan saling hubungan antar anggota yang didasarkan atas tugas dan peranan itu bersifat formal namun diantara hal-hal yang bersifat formal itu dapat muncul kegiatan ataupun suasana yang informal, misalnya hubungan antar pribadi yang akrab antar anggota melalui arisan, kegiatan olah raga, dan sebagainya.
                  Pada kelompok tidak terorganisasikan para anggotanya bertindak lebih bebas tidak saling terikat pada anggota lain. Disini individualitas memperoleh tempat yang minim. Karena setiap anggota harus berbuat sesuai dengan kesepakatan (persetujuan, peraturan) yang telah disetujui bersama.
  1. Kelompok Permanen dan Temporer
Kelompok permanen ADALAH kelompok yang masa ikatannya berlangsung lama, sedangkan kelompok temporer adalah kelompok yang masa ikatannya berlangsung dalam suatu periode yang singkat. Yang menentukan permanen tidaknya suatu kelompok adalah tujuannya, kalau tujuannya cukup sederhana karena lahir dari suatu kebutuhan yang sederhana juga, tujuan tersebut dapat dicapai dengan satu kegiatan saja, maka kelompok itu berkhir setelah tujuan tersebut tercapai.
Contoh kelompok temporer antara lain pentas seni dalam rangka memperingati HUT kemerdekaan Republik Indonesia, hanya akan dilakukan sekitar minggu ketiga sampai ke empat bulan agustus setelah bulan agustus berahir maka pentas seni berahir.
Kelompok permanen memiliki tujuan yang lebih jauh,lebih luas membutuhkan waktu yang relatif lama untuk mencapainya dengan melalui banyak kegiatan. Misalnya untuk mencapai suatu jenjang pendidikan (SLTP/MTs/SMU/SMK/MA) diperlukan kegiatan kurikuler, kokurikuler dan berbagai komponen lain yang semuanya diprioritaskan untuk mencapai hasil prestasi belajar yang optimal.
  1. Kelomok Homogen dan Hetrogen.
Kelompok homogeny adalah suatu kelompok yang anggota – anggotanya terdiri atas orang – orang yang memiliki cirri, kemampuan atau status yang sama, misalnya kelompok mahasiswa, kelompok ibi – ibu PKK, kelompok karang taruna, kelompok remaja masjid, kelompok pelajar, kelompok pedagang, kelompok pensiunan, kelompok pemuda dan sebagainya.
Kelompok heterogen adalah kelompok yang anggota – anggotanya terdiri atas individu yang terdiri atas individu yang memiliki berbagai agam cirri, kemampuan dan status. Misalnya kelompok sepeda santai, kelompok pengajian dan sebagainya, kelmpok tennis, yang diikuti oleh berbagai orang berbeda usia, jabatan pendidikan, pekerjaan, status social, jenis kelamin, dan sebagainya.
  1. Membersip Group dan Reference Group.
Suatu kelompok disebut sebagai membersip gruop jika individu pada saat ini menjadi anggota kelompok yang aktif. Sedang reference group adalah kelompok dimana individu memperlihatkan identitasnya, yang digunakan sebagai petunjuk untuk mencapai suatu maksud.
Reference group biasanya pada saat yang lalu merupakan membersip grup seseorang, meskipun sekarang ia tidak menjadi anggota lagi tetapi ada ikatan batin dengan kelmpok itu walaupun secara tidak sadar. Tidak setiap bekas kelompok merupakan referewnce grup seseorang, hal ini sangat tergantung kepada sence of belongingnessnya pada saat ia menjadi anggota aktif.
Seorang konselor (Guru Pembimbing) lulusan program bidan studi FKIP UMK, is menjadi anggota aktif MGPP disuatu wilayah kabupaten. Guru tersebut saat ini merupakan anggota dari membersip group sedang kegiatannya saat ia kuliah, teman – temannya di UMK merupakan reference group. Mungkin ia sudah lupa dengan teman – teman seangkatannya, dosen – dosennya di UMK. Tetapi bila ia mendengar gurauan yang cenderung meledak UMK maka ia akan membela dan menegakkan nama baik almamaternya semampu yang ia dapat lakukan.
Seseorang dapat menjadi anggota membership goup sekaligus dan dapat pula memperlihatkan beberapa reference group. Misalnya seorang guru pembimbing menjada guru anggota PGRI, ABKIN,MGp.IGPI,dan ISKIN swekaligus, dan ia dapat pula menunjujan bahwa ia adalah anggota reference group: anggota BEM FKIP anggota HMJBK, anggota MENWA UMK, anggota MAPALA UMK, anggota KSR PMI dan sebagainya. 
  1. In Group dan Out Group.
Ditinjau dari kedudukan atau jarak antara individu dengan kelompoknya dapat dibedakan antara individu yang in group dengan individu yang out group. Individu yang in group adalah individu yang berada dalam kelompoknya, melibatkan diri ataau dilibatkan oleh kelompoknya. Individu yang out group adalah individu yang berada diluar kelompoknya, tidak melibatkan diri atau tidak dilibatkan kelompoknya.
Keberadaan seorang individu didalam atau diluar kelompoknya bukan secara fisik tetapi secara psikologis. Mungkin seorang individu secara fisik berada bersana – sama anggota yang lain tetapi secara psikologis ia diasingkan, tidak diajak bicara, tidak diberi tugas, tidak diberi kesempatan mengajukan gagasan – gagasaannya tidak diterima pendapatnya, dan sebagainya.
  1. Kelompok Bebas dan Kelompok Tugas
            Dalam rangka bimbingan kelompok, secara khusus dikenal adanya dua jenis kelompok yang dapat dikembangkan, yaitu kelompok bebas dan kelompok tugas. Anggota-9anggota kelompok bebas memasuki kelompok tanpa persiapan tertentu, dan kehidupan kelompok itu memang sama sekali tidak dipersiapkan sebelumnya.
            Perkembangan yang akan timbul didalam kelompok itulah nantinya yang akan menjadi isi dan mewarnai kehidupan kelompok itu lebih lanjut. Kelompok bebas memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada seluruh anggota kelompok untuk menentukan arah dan isi kehidupan kelompok itu.
            Dalam kelompok tugas arah dan isi kegiata kelompok sudah ditetapkan sebelumnya. Sesuai dengan namanya, kelompok tugas pada dasarnya diberi tugas untuk menyelesaikan suatu pekerjaan baik pekerjaan itu ditugaskan oleh pihak diluar kelompok itu maupun tumbuh didalam kelompok itu sendiri sebagai hasil dari kegiatan-kegiatan kelompok itu sebelumnya. Dalam hal ini tampak bahwa bebas dapat mengubah dirinya menjadi kelompok tugas yaitu bila kelompok itu mengikatkan diri untuk ssuatu tugas yang ingin diselesaikannya. Dalam kelompok tugas perhatian diarahkan kepada satu titik pusat, yaitu penyelesaian tugas.
            Semua anggota kelompok hendaknya mencurahkan perhatian untuk tugas itu. Semua pendapat, tanggapan, reaksi dan saling hubungan antar semua anggota hendaknya menjurus kepada penyelesaian tugas itu setuntas mungkin. Meskipun dalam kelompok tugas itu masing-9masing anggota terikat oleh tugas yang harus diselesaikan, namun pengembangan kedirian yang bertenggang rasa dari setiap anggota kelompok tidak boleh diabaikan.
            Tujuan penyelesaian tugas tidak boleh mengurangi pentingnya tujuan umum yang mendasari bimbingan kelompok itu sendiri, yaitu pengembangan sikap, keterampilan dan keberanian sosial yang bertenggang rasa.
            Tugas yang ditetapkan untuk digarap suatu kelompok tugas sebenarnya adalah suatu angkutan semata untuk mengarahkan kegiatan kelompok. Penyelesaian tugas itu bukanlah suatu tujuan kegiatan kelompok, melainkan alat yang merupakan arah dan titik tumpu kehidupan kelompok yang dinamis.
            Dalam kegiatan bimbingan kelmpok, berbagai bentuk kelompok seperti yang telah dikemukakan diatas, banyak kita temui dikancah. Dan perlu dicatat, bahwa suatu kelompok orang-orang tidak selalu satu bentuk kelompok saja, sering terjadi bahwa kelompok tersebut bisa disebut sebagai kelompok yang berbeda-beda sesuai dengan sudut tinjauan dan sifat yang ada dalam kelompok itu. Pengenalan seorang konselor (guru pembimbing) terhadap bentuk kelompok dapat membantu tugasnya dalam melaksanakan bimbingan kelompok.
     
Perhatikan ilustrasi berikut ini!
Sekelompok mahasiswa FKIP UMK yang tergabung dalam Pengurus Badan Eksekutif Maasiswa merupakan salah satu contoh dari kelompok terorganisasikan. Tetapi pada saat mereka mngadakan lomba Reading Comprehension, mereka dapat kita katakana sebagai kelompok temporer. Mereka juga dapat kita katakana sebagai kelompok sosial pada saat menanggapi kenaikan SPPK. Dan di sela-sela kegiatan mereka dalam BEM, mereka menjalin hubungan pribadi yang mendalam, maka kelompok ini dapat kita katakan sebagai kelompok psikologikal.
Contoh lain, beberapa orang yang sedang berbincang-bincang di teras ruang kuliah BK merupakan salah satu contoh kelompok psikologikal, secara kebetulan mereka ini juga tergabung dalam HMJ BK sehingga termasuk kelompok terorganisasikan, juga kelompok homogin. Dalam bincang-bincang itu mereka sepakat untuk bersama-sama menggandakan materi kuliah dengan cara memfotocopy materi kuliah yang diberikan dosen untuk kepentigan banyak mahasiswa, kelompok ini merupakan kelompok sosial, kegiatan penggandaan materi ini didasarkan atas kemauan mereka sendiri dan kemauan beberapa mahasiswa yang setuju, berarti kelompok ini kelompok informal, mahasiswa yang setuju dengan ide ini (walaupun mereka buka pengurus HMJ BKK) ditinjau sebagai kapasitasnya sebagai mahasiswa BK, maka mereka merupakan in group, sedangkan pengurus HMJ yang tidak setuju dengan ide tersebut tetapi tidak berani berbicara terus terang pada hakekatnya ia out group.
 Penggandaan materi tersebut sepenuhnya berasal dari mereka sendiri dan mereka yang setuju untuk mendukung kegiatan ini dapat kita sebut sebagai kelompok bebas, karena penggandaan materi itu bukan tugas dari dosen yang harus diselesaikan, melainkan keinginan mreka sendiri. Kelompok ini akan membagi tugas untuk menyelesaikan penggandaan materi tersebut dan akan segera bubar jika penggandaan materi selesai, hal ini bisa kita katakan kelompok tersebut merupakan kelompok temporer.
Demikian penjelasan tentang sekelompok orang dapat ditinjau menjadi beberapa jenis kelompok tergantung tinjauan kita.
Keanggotaan kelompok dapat bersifat tidak suka rela dan suka rela. Kelompok  yang eanggotaannya bersifat sukarela biasanya lebih bebas dan peranan anggota lebih besar dalam menentukan gerak dan kegiatan dalam kelompok itu.
      Contoh :
      Setiap guru pembimbing di paten Kudus, baik dari SLTP, SMU, maupun SMK secara otomatis menjadi anggota MGP.
      Setiap kepala sekolah SMP/SMU secara otomatis menjadi anggota K3S/KKS (Kelompok Kerja Kepala Sekolah/ Ikatan Keluarga Kepala Sekolah).
            Seseorang memasuki suatu kelompok secara sukarela, karena didorong oleh tiga alsan :
(1)                 Dalam kelompok itu dapat dicapai tujuan atau kepentingan pribadi yang penting, misalnya kedudukan dan penghargaan
(2)                 Kelompok itu menyajikan kegiatan-kegiatan yang menarik, seperti diskusi, menjelaja alam, darmawisata, olahraga dan sebagainya.
(3)                 Dengan memasuki kelompok itu kebutuhan-kebutuhan tertentu dapat terpenuhi, seperti kebutuhan untuk memiliki dan dimiliki, kebutuhan untuk dikenal oleh orang lain, kebutuhan akan rasa aman, dan sebagainya. Dalam hal ini kelompok dirasakan sebagai suatu badan yang mampu membantu individu mewujudkan kepentingannya. Lebih dari itu kelompok dianggap oleh orang tua itu mampu mengembangkan diri.
            Kelompok yang baik ialah apabila kelompok itu diwarnai oleh semangat yang tinggi, kerja sama yang lancr dan mantap, dan adanya saling mmpercayai diantar anggota-anggotanya. Kelompok yang baik seperti itu akan terwujud apabila para anggotanya saling bersikap sebagai kawan dalam arti yang sebenarnya, mengerti dan menerima secara positif tujuan bersama, dengan kuat merasa setia pada kelompok, mau bekerja keras atau bahkan berkorban untuk kelompok.
            Kelompok yang baik ditumbuhkan oleh anggota-anggotanya tetapi juga sebaliknya, kelompok yang baik dapat membentuk anggota-anggotanya menjadi anggota yang baik. Apabila anggota kelompok meras bahwa kelompok itu adalah baik, maka keadaan seperti itu dapat membuat anggota tersebut lebih mudah mematuhi norma-norma dan aturan yang berlaku dalam kelompok itu. Dalam pada itu, penumbuhan dan pemberlakuan norma-9norma beraturan yang baik akan lebih memperkuat lagi rasa kemantapan para warga sebagai anggota kelompok itu.
      Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi mutu kelompok sebagaimana digambarkan diatas ialah :
  1. Tujuan dan kegiatan kelompok
  2. Jumlah anggota, organisasi, dan kedudukan kelompok
  3. Kemampuan kelompok dalam memenuhi kebutuhan anggota untuk saling berhubungan sebagai kawan, kebutuhan untuk diterima, kebutuhan untuk rasa aman, kebutuhan akan bantuan moral, dsb.

B.        Aspek Psikologisnya.
Menurut nama Sy Sukmadinata (1977 : 11) suatu kelompok entah itu kelompok besar atau kelompok kecil mempunyai beberapa karakteristik (cirri – ciri) tertentu yaitu sebagai berikut:
1.  Individu – individu mempengaruhi kelompok.
Kelompok adalah suatu persatuan yang terbentuk dari individu – individu, sifat – sifat, sikap, kemampuan, kematangan, perkembangan, tujuan dan minat. Individu yang membentuk kelompok terwsebut banyak mempengaruhi dan mewarnai kelompoknya.
Fungsi kelompok banyak ditentukan oleh variasi kombinasi sifat – sifat diatas. Salah satu sifat individu adalah selalu berbah dan berkembagn. (changeable – becoming). Hal tersebut memberikan karakteristik yang sama pula terhadap kelompok. Dengan kata lain kelompok juga akan berubah dan berkembang sesuai dengan dinamika individu – individu dalam kelompok tersebut.
Ilustrasi berikut diharapkan dapat menggambarkan karakteristik diatas suatu kelompok yang terdiri dari individindividu yang mempunyai sifat pionir, selalu ingin maju, kmampuan intelektual yang baik, kematngan berfikir dan mempunyai minat yang besar teradap sesuatu hal : akan berbeda dengan kelompok lain yang mempunyai sifat alonalon asal kelakon, narimo ing pandum, kemampuan intelektual anggotanya bervariasi, kematangan berfikir dan minatnya terhadap sesuatu hal tidak begitu besar akan menunjukkan kegiatan dan hasil karya yang berbeda.
Kalau kedua kelompok tersebut diidentifikasikan sebagai kelompok A dan B yang melakukan percobaan di laboratorium sekolah; kelompok mungkin akan mendapatkan hasil yang baik dan layak untuk ditampilkan dalam Lomba Karya Ilmiah Remaja Tingkat Nasional, sedangkan kelompok B cukup untuk memenuhi tugas-tugas dari guru bidang studi.
2.    Kelompok Mengembangkan Struktur.
Dalam suatu kelompok berkembang suatu pengaturan tertentu bagaimana seseorang berbuat, siapa yang perlu diikuti, siapa yang bertanggung jawab atas sesuatu dan sebagainya.
Dalam kelangsungan kelompok, terjadi diferensiasi kekuatan dan pengaruh para anggota terhadap kelompoknya. Berkenaan dengan status dalam kelompok, masing – masing anggota mengembangkan peranan – peranan tertentu baik yang menjadi harapan kelompok maupun tidak.
Perhatikan ilustrasi berikut!
Dalam suatu kelompok yang terdiri dari individu-individu yang mempunyai sifat dan cirri psikofisik yang bebeda satu sama lain, akan menimbulkan berbagai bentuk ekspresi tingkah laku individu. Namun demikian tingkah laku yang berbeda-beda tersebut membentuk suatu pola tingkah laku yang serasi; maksudnya tingkah laku yang harus ditampilkan seorang pemimpin kelompok berbeda dengan pola tingkah laku anggota kelompok, tingkah laku pemimpin dan anggota kelompok ini saling mengisi untuk mencapai tujuan kelompok. Demikian pula tanggung jawab atas sesuatu hal dan pengaru setiap indiidu dalam kelompok tersebut diarahkan untuk mencapai tujuan bersama.
Mungkin saja dalam kelompok akan muncul tingkah laku dan pengaruh anggota klompok yang dapat merusak kelompok itu, tetapi biasanya setiap anggota kelompok akan berusaha tidak mengembangkan keadaan negative tersebut demi kelangsungan hidup kelompok.
3.   Kelompok Mengembangkan Standart Nilai – nilai.
Kehidupan suatu kelompok mengembangkan standart nilai tertentu. Standart berkenaan dengan produktifitas kelompok, pola –pola komunikasi, cara dan prosedur kerja kelompok. Juga kelompok sering kali memberikan suatu tekanan agar terjadi conformity (kesamaan) dari anggota – anggotanya.
Perhatikan contoh berikut :
Setiap individu yang menjadi anggota suatu kelompok sudah membawa standar nilai masingmasing dari mana mereka berasal. Katakan saja mahasiswa BK yang sekarang mengikuti kuliah Bimbingan Kelompok, terdiri dari beberapa mahasiswa yang mempunyai latar belakang standar nilai yang berbedbeda, ada yang rajin, tekun, selalu mengkaji referensi yang ditunjukkan oleh dosen pengampu, sebaliknya ada juga mahasiswa yang sering datang kuliah terlambat, tidak mau bertanya kepada dosen (merasa takut kalau dikatakan tidak bisa), enggan mengkaji referensi, dsb.
Dalam kegiatan kuliah, kelompok(dosen dan mahasiswa) berusaha agar terjadi kesamaan nilai dalam kelompok tersebut, dengan cara setiap individu berusaha untuk datang tepat waktu, berusaha mengkaji referensi secara maksimal, mengembangkan pola kuliah aktif (komunikasi dosen-mahasiswa, mahasiswa-mahasiswa), berusaha untuk bertanya dan menjawab persoalan yang muncul.Dengan demikian disini akan dikembangkan standar nilai baru yang lebih baik dan merata.
4.   Kelompok Berbeda dalam Kekohesifannya, Keaktraktifannya, dan Emosionalitasnya.
Kekohesifannya (cohesiveness) merupakan kekuatan ikatan pertalian diantara anggota – anggota suatu kelompok. Semakin kuat ikatan pertalian diantara anggota kelompok, maka kelompok itu akan semakin kuat, demikian pula sebaliknya.
Keaktratifan (attractiveness) adalah ketertarikan (daya tarik) kelompok terhadap para anggotanya. Keatraktifan kelompok ini tergantung kepada tujuan kelompok, besarnya program, jenis organisasi, posesi kelompok dalam msasyarakt, serta keputusan – keputusan lain yang diperoleh anggota dari kelompok. Jika sesuatu kelompok mempunyai daya tarik yang baik, maka kelompok itu semakinn menatik untuk digeluti oleh setiap ornga yang menjadi anggota kelompok itu.
Emosionalitas (emotionality) merupakan keselurahan suasana kehidupan kelompok yang berlangsung pada saat tertentu. Ada empat macam emosionalitas yang mungkin terjadi dalam kelompok, yaitu:
1)  Ketergantungan (dependency) adanya ketergantungan seorang atau beberpa anggota kelompok pada seorang anggota yang lain.
2)  Berpasangan (pairing) adanya saling harga menghargai antar dua atau lebih anggota kelompok.
3)  Permusuhan (fight) menunjukan adanya ketidak senangan, penolakan, malah menyerang terhadap yang lain.
4)  Pelarian (withdrawing) kecenderungan untuk menjauhkan diri / melarikan diri dari masalah.
     Suatu kelompok akan berisi tiga aspek tersebut di atas (cohessivness, attractiveness dan emotionality), hanya saja intensitas setiap aspeknya berbeda antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain.
Contoh :
Seseorang (A) menjadi anggota suatu kelompok karena tertarik dengan tujuan kelompok tersebut, selain itu kelompok menyajikan program yang menarik, dan dengan menjadi anggota kelompok gengdinya di mata msayarakat meningkat.
Dengan demikian ikatan batin orang tersebut dengan kelompoknya berbeda dengan anggota lain (B) yang masuk dalam kelompok karena didorong oleh alasan : sesuai dengan tujuan hidupnya, program kelompok menyangkut derajat hidup orang banyak ia memperoleh kepuasan batin tetapi tidak merasa naik gengsinya dimata masyarakat. Ketika terjadi masalah dalam kelompok itu B gengsinya dimata masyarakat. Ketika terjadi masalah dalam kelompok itu B berusaha ikut mengatasinya tidak melarikan diri sebgaimana A. Hal ini dapat terjadi karena B mengembangkan sifat saling harga menghargai sesama anggota kelompok, sebaiknya A justru mengembangkan permusuhan terhadap anggota lainyang tidak sekata.
5.   Kelompok Membentuk Tujuan Kelompok.
Kelompok terbentuk karena adanya tujuan bersama. Kegiatan kelompok diarahkan untuk mencapai hasil kelompok setinggi – tingginya. Kegiatan kelompok juga ditujukan untuk memenuhi kebutuhan individu yang sejalan dengan tujuan kelompok. Tujuan kelompok dapat memelihara kesatuan kelompok, membentuk hubungan yang harmonis dan mencegah perpecahan diantara anggota kelompok.
Suatu contoh untuk memperjelas keterangan diatas :
     IPBI (ABKIN) adala suatu kelompok yang memiiki tujuan untuk mewadahi semua petugas bimbingan di Indonesia untuk dapat memberikan layanan bantuan ( bimbingan dan koseling) kepada siswa dalam mencapai perkembangan dirinya secara optimal sesuai dengan kemampuannya.
Setiap petugas bimbingan mempunyai tujuan seperti tersebut di atas (sesuai dengan Anggran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga). Untuk mencapai tujuan tersebut, kelompok mengorganisir anggota dan mengadakan kegiatan-kegiatan yang mendukung tercapainya tujuan kelompok: misalnya dengan mengadakan seminar, loka karya, penataran, penerbiatan buletin dan sejenisnya, penelitian di bidang bimbingan dan kegiatan-kegiatan lain untuk mengembangkan dan memajukan bimbingan dan konseling. Dengan demikian secara tidak langsung kelompok telah membentuk tujuan kelompok.
Gunarsa (1989) merangkum beberapa karakteristik remaja yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja yaitu :
1.      Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan.
2.      Ketidakstabilan emosi.
3.      Adanya perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan petunjuk hidup.
4.      Adanya sikap menentang dan menantang orang tua.
5.      Pertentangan dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan-pertentangan dengan orang tua.
6.      Kegelisahan karena banyak hal di inginkan tetapi remaja tidak sanggup memenuhi semuanya.
7.      Senang bereksperimentasi.
8.      Senang bereksploritasi.
9.      Mempunyai banyak fantasi, khayalan dan bualan.
10.  Kecendrungan membuat kelompok dan kecendrungan kegiatan kelompok.





BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Bentuk-bentuk kelompok itu ada 8, 1. Kelompok [rimer dan sekunder, 2. Kelompok sosial dan psikologikal, 3. Kelompok formal dan informal, 4. Kelompok teroganisasikan dan tidak teroganisasikan, 5. Kelompok permanen dan temporer, 6. Kelompok homogin dan heterogin, 7. Membership group dan reference gruop, 8. In group dan out group, 9. Kelompok bebas dan kelompok tugas.
Adapun untuk karakteristik kelompok ini sama halnya dengan aspek psikologisnya. Ada beberapa karakteristik tertentu yaitu: 1. Individu-individu mempengaruhi kelompok, 2. Kelompok mengembangkan struktur, 3. Kelompok mengembangkan standar nilai-nilai, 4. Kelompok kekohesifannya dan emosionalitasnya, 5. Kelompok membentuk tujuan kelompok. Gunarsa (1989) merangkum beberapa karakteristik remaja yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja yaitu : 1. Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan. 2. Ketidakstabilan emosi. 3. Adanya perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan petunjuk hidup. 4. Adanya sikap menentang dan menantang orang tua. 5. Pertentangan dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan-pertentangan dengan orang tua. 6. Kegelisahan karena banyak hal di inginkan tetapi remaja tidak sanggup memenuhi semuanya. 7. Senang bereksperimentasi. 8. Senang bereksploritasi. 9. Mempunyai banyak fantasi, khayalan dan bualan. 10. Kecendrungan membuat kelompok dan kecendrungan kegiatan kelompok.
B.     Saran
Untuk itu sebagai seorang konselor kami harapkan untuk mampu menguasai tentang bentnuk-bentuk kelompok juga aspek psikologis yang ada pada klien. Ini tentunya akan memudahkan konselor dalam menangani siswa yang mendapatkan masalah yang telah dihadapinya. Dalam konseling kelompok juga kami harapkan asas kerahasiaan tetap terjaga dari masing-masing indivdu, mengingat begitu banyaknya individu yang terlibat.




























Daftar Pustaka

Rahardjo, Susilo dkk, Bimbingan dan Konseling Kelompok, 2009,UMK.
Natawidjaja, Rochman, Penyuluhan Kelompok 1, 1987, CV Diponegoro   Bandung.
http://episentrum.com/artikel-psikologi/psikologi-remaja-karakteristik-dan-permasalahannya/

1 komentar:

  1. Harrah's Cherokee Casino Resort, NC - MapYRO
    The Harrah's Cherokee Casino Resort is located in 경주 출장마사지 the beautiful Smoky Mountains of Western North Carolina. 의왕 출장마사지 This 1.3-million square-foot resort is Check In: 3:00 pmCheck Out: 광주 출장마사지 11:00 amRoom 동두천 출장마사지 Windows: 군산 출장샵 Windows Do Open Rating: 3.5 · ‎10 reviews

    BalasHapus