Kamis, 17 Mei 2012

untuk dia yang menikah


Assalamu’alaikum Warahmatullahi  Wabarakatuh

          Dengan mengucap bismillah, ku awali segala puji bagi Allah maha pengasih tak pilih kasih maha penyayang tak pandang sayang.
Sebening embun dipagi hari, seindah mekarnya bunga bersemi setetes harapan hati seurai cinta merekah mewangi.
Didasar lubuk disanubari menjaga tulusnya pengorbanan diri, kala tirai mulai terbuka, seiring tenggelamnya sang surya tatkala kaki mulai berpijak mencapai harapan yang dinanti, bersujud berserah kepadanya sebagai akhir segala asa.

Perkawinan adalah akhir dari kemerdekaan dan awal dari belenggu (K. Gibran).

Ya..... Allah Ya Rahman Ya Rahim.........
Terimalah Iyyakana’buduku dan kabulkanlah Iyyakanasta’inku
Ya Allah berikanlah karunia kebahagiaan dan kenikmatan sekaligus ujian atau cobaan yang bisa mendewasakannya. Ya Allah Al-Malik Al-Qudus berikanlah keluarga yang bebas berfikir dan berbicara meski kemerdekaan sering terpasung.
Ya Allah Ya Rabbi berikanlah keturunan Putra-putri yang tak hanya mampu berkata YA namun juga berani berkata TIDAK kepadanya.
Ya Allah yang penglihatanmu tajam tak terkira, antarkan dia berangkat menjadi keluarga yang Sakinah Mawaddah Warahmah. Tunjukkan kepadanya beserta keluarganya dari dosa-dosa dan khilaf kedua orang tua, gur-guru, teman-teman seperjuangan, tetangganya, semoga engkau maklum kepada semuanya, sebab dia bukanlah Syekh Abdul Qodir Al- Jaelani yang betah menyepi atau Rabi’ah yang menghabiskan waktu untuk ibadah, karena dia adalah diri orang yang lumrah di zaman ini dimana seribu setan terlahir dari kemajuan yang selalu usik sujudnya hingga tak lagi khusuk dan tergesa-gesa, yang selalu usik alirku hingga sering kau tak jadi muara.
Perlakukanlah perkawinannya sebagi kerelaan menjalankan hukum-hukum-MU karena wanita dicipta dari tulang rusuk pria bukan dari kepala untuk menjadi atasannya, bukan dari kaki untuk diinjak tapi dari sisi untuk teman hidupnya dekat dengan lengan untuk dilindungi dekat dengan hati untuk dicintai.
Saling mengasih dikala dekat, saling mengingatkan dikala suka, saling menghibur dikala duka, saling menasehati didalam kesadaran dan peribadatan.

SELAMAT MENGARUNGI MAHLIGAI BAHTERA RUMAH TANGGA

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


بارك ألله لك و بارك عليك وجمع بينكما فى خير امين

di BEM FKIP





Senin, 23 April 2012

Tingkah Laku Salah Suai Menurut Behavioristik


 
Tingkah Laku Salah Suai Menurut Behavioristik
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah
Analisis Pengubahan Tingkah Laku
Dosen Pengampu: Bpk. Fatchur Rachman S.Pd








Disusun Oleh:

M. Jamalludin                                   ( 2010-31-153 )
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
TAHUN 2011






A.    Kata Pengantar
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT Tuhan pencipta alam semesta yang menjadikan bumi dan isinya dengan begitu sempurna. Tuhan yang menjadikan setiap apa yang ada dibumi sebagai senjelajahan bagi kaum yang berfikir. Dan sungguh berkat limpahan rahmat Allah SWT penulis dapat menyelesaikan penyusunan ini demi memenuhi tugas mata kuliah Analisa Pengubahan Tingkah Laku.
Penyusunan makalah ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terikakasih.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan, sehingga dengan segala kerendahan hati kami mengharapkan saran dan kririk yang akan mendatang.
Semoga makalah ini dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan informasi yang bermanfaat bagi semua pihak.


Kudus, 29 Februari 2012











DAFTAR ISI
Halaman Judul   ………………………………………………………………………..…     i
Kata pengantar   ………………………………………………………………………….    ii
Daftar isi   ………………………………………………………………………………..     iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang  …..…………………………………………………………….  1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………….  2
C. Tujuan Makalah………………………………………………………………...   2
BAB II PEMBAHASAN
     A. Mekanisme Pembentukan Prilaku Menurut Behaviorism ……………………….   3
      B. Karakteristik Pribadi Salah Suai.…….….………………………………….......   5
C. Karakteristik Konseling Behavioral …………………………….…………........   6
D. Model Behavioristik…………………… ……………………………………...   6
E. Konsep-konsep Penting dalam Behaviorosme …………………………………..   7
F. Prilaku yang Disdruptif atau Penyimpangan Prilaku  ……………………..……......  8

BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan…………………………………………………...…………….........   10
2. Saran……………………………………………………………………….........   10
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………...............................   11











BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Salah satu tugas utama guru adalah berusaha mengembangkan perilaku peserta didiknya. Dalam hal ini, Abin Syamsuddin Makmun (2003) menyebutkan bahwa tugas guru antara lain sebagai pengubah perilaku peserta didik (behavioral changes). Oleh itu, agar perilaku peserta didik dapat berkembang optimal, tentu saja seorang guru seyogyanya dapat memahami tentang bagaimana proses dan mekanisme terbentuknya perilaku para peserta didiknya.
Untuk memahami perilaku individu dapat dilihat dari dua pendekatan, yang saling bertolak belakang, yaitu: (1) behaviorisme dan (2) holistik atau humanisme. Kedua pendekatan ini memiliki implikasi yang luas terhadap proses pendidikan, baik untuk kepentingan pembelajaran, pengelolaan kelas, pembimbingan serta berbagai kegiatan pendidikan lainnya.
Guru adalah pengaruh kunci didalam hidup anak. Mereka menyediakan keamanan sosial dan emosional, terutama untuk siswa- siswa BM yang kehidupan rumahnya sering kali disfungsional. Namun mereka menyediakan pelayanan ini dengan sebuah harga. Semua guru memiliki peran “mengasuh” untuk semua siswa pada saat diluar kelas. Masalah disekolah adalah penerimaan yang implisit terhadap pengasingan ( isolasi ) struktural. Penerimaan yang diam-diam terhadap isolasi struktural ini bersifat merusak bagi kesejahteraan guru. Walaupun guru memanfaatkan praktek-praktek manajemen yang tidak efektif, sekedar menguliahi atau menyalahkan hanya akan membuat permasalahan menjadi bertambah buruk.
Bagian dari permasalahan adalah keengganan wajar guru untuk berbagi keprihatinan atau masalah karena takut  dilihat sebagai kegagalan. Seperti dilihat dalam sebuah kenyataan bahwa staf senior atau para kologenpun mungkin merasa jika mereka menawarkan dukungan, hali ini bisa dilihat sebagai mengimplikasikan kelemahan sebagai akibatnya tidak ada yang benar-benar ditolong. Proses belajar mengajar cenderung menekankan isolasi struktural, namun hal ini sedang mengalami perubahan. Semakin banyak guru menyadari bahwa satu-satunya cara yang efektif untuk menggalakkan manajemen prilaku yang positif diseluruh sekolah adalah dalam konteks lingkungan sekolah suportif dimana saling mendukung diantara rekan sekerja merupakan norma.



B.      Rumusan Masalah
1.   Bagaimana mekanisme pembentukan perilaku menurut aliran behaviorisme  itu?
2.   Apa saja karakteristik pribadi salah suai itu?
3.   Bagaimana karakteistik konseling behavioral itu ?
4.   Seperti apa model behavioristik itu?
5.   Apa saja konsep-konsep penting dalam Behaviorisme?
6.   Apa saja perilaku yang disruptif atau penyimpangan perilaku ?

C.    Tujuan Makalah
1.      Mahasiswa mampu mengetahui mekanisme pembentukan prilaku menurut aliran behaviorisme.
2.      Mahasiswa mampu mengetahui apa saja karakteristik pribadi salah suai
3.      Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana karakterististik konseling behavioral
4.      Mahasiswa mampu mengetahui seperti apa model behavioristic.
5.      Mahasiswa Mampu mengetahui konsep-konsep penting dalam behaviorisme
6.      Mahasiswa mampu mengetahui apa saja prilaku yang disruptif atau penyimmpangan perilaku.






BAB II
PEMBAHASAN
A.    Mekanisme Pembentukan Perilaku Menurut Aliran Behaviorisme
A.1 Perkembangan Tingkah Laku Salah Suai
Salah suai terjadi apabila pengalaman organisme dan self tidak sejalan. Contoh ” ketika pengalaman yang terjadi tidak cocok dengan nilai-nilai yang semestinya terjadi”.
Ibunya mengajari anak-anak tidak boleh bohong, tapi ketika ada seseorang mencari ibunya, anak tadi disuruh untuk mengatakan bahwa ibunya tidak ada dirumah. Seorang anak laki-laki yang punya saudara empat orang yang semuanya perempuan. Sehingga dirumah itu dididik ala perempuan termasuk mainan maka si anak laki-laki tadi akan melakukan tindakan salah suai.  Behaviorisme memandang bahwa pola-pola perilaku itu dapat dibentuk melalui proses pembiasaan dan penguatan (reinforcement) dengan mengkondisikan atau menciptakan stimulus-stimulus (rangsangan) tertentu dalam lingkungan. Behaviorisme menjelaskan mekanisme proses terjadi dan berlangsungnya perilaku individu dapat digambarkan dalam bagan berikut :
S > R atau S > O > R
S = stimulus (rangsangan); R = Respons (perilaku, aktivitas) dan O=organisme (individu/manusia).          
Karena stimulus datang dari lingkungan (W = world) dan R juga ditujukan kepadanya, maka mekanisme terjadi dan berlangsungnya dapat dilengkapkan seperti tampak dalam bagan berikut ini :
W > S > O > R > W
Yang dimaksud dengan lingkungan (W = world) di sini dapat dibagi ke dalam dua jenis yaitu :
1.      Lingkungan objektif (umgebung=segala sesuatu yang ada di sekitar individu dan secara potensial dapat melahirkan S).
2.      Lingkungan efektif (umwelt=segala sesuatu yang aktual merangsang organisme karena sesuai dengan pribadinya sehingga menimbulkan kesadaran tertentu pada diri organisme dan ia meresponsnya)
Perilaku yang berlangsung seperti dilukiskan dalam bagan di atas biasa disebut dengan perilaku spontan.
Contoh : seorang mahasiswa sedang mengikuti perkuliahan Psikologi Pendidikan di ruangan kelas yang terasa panas, secara spontan mahasiswa tersebut mengipas-ngipaskan buku untuk meredam kegerahannya.
Ruangan kelas yang panas merupakan lingkungan (W) dan menjadi stimulus (S) bagi mahasiswa tersebut (O), secara spontan mengipaskan-ngipaskan buku merupakan respons (R) yang dilakukan mahasiswa. Merasakan ruangan tidak terasa gerah (W) setelah mengipas-ngipaskan buku.
Sedangkan perilaku sadar dapat digambarkan sebagai berikut:
W > S > Ow > R > W
Contoh : ketika sedang mengikuti perkuliahan Psikologi Pendidikan di ruangan kelas yang terasa agak gelap karena waktu sudah sore hari ditambah cuaca mendung, ada seorang mahasiswa yang sadar kemudian dia berjalan ke depan dan meminta ijin kepada dosen untuk menyalakan lampu neon yang ada di ruangan kelas, sehingga di kelas terasa terang dan mahasiswa lebih nyaman dalam mengikuti perkuliahan.
Ruangan kelas yang gelap, waktu sore hari, dan cuaca mendung merupakan lingkungan (W), ada mahasiswa yang sadar akan keadaan di sekelilingnya (Ow), –meski di ruangan kelas terdapat banyak mahasiswa namun mereka mungkin tidak menyadari terhadap keadaan sekelilingnya–. berjalan ke depan, meminta ijin ke dosen, dan menyalakan lampu merupakan respons yang dilakukan oleh mahasiswa yang sadar tersebut (R), suasana kelas menjadi terang dan mahasiswa menjadi lebih menyaman dalam mengikuti perkuliahan merupakan (W).
Sebenarnya, masih ada dua unsur penting lainnya dalam diri setiap individu yang mempengaruhi efektivitas mekanisme proses perilaku yaitu receptors (panca indera sebagai alat penerima stimulus) dan effectors (syaraf, otot dan sebagainya yang merupakan pelaksana gerak R).
Dengan mengambil contoh perilaku sadar tadi, mahasiswa yang sadar (Ow) mungkin merasakan penglihatannya (receptor) menjadi tidak jelas, sehingga tulisan dosen di papan tulis tidak terbaca dengan baik. Menggerakkan kaki menuju ke depan, mengucapkan minta izin kepada dosen, tangan menekan saklar lampu merupakan effector.

B.     Karakteristik Pribadi Salah Suai
a.   Estrangement (keterasingan)
`           Adalah individu yang dalam perkembangannya mendapat nilai-nilai tertentu yang tidak dapat membenarkan dirinya sendiri. Seorang anak yang melakukan banyak hal yang dapat memuaskan dirinya tapi dapat menyebabkan orang lain memberikan respon negatif kepadanya. Seorang anak membuat keributan saat orang tuanya meminta dia untuk diam atau dia akan bermain dengan benda-benda yang seharusnya tidak boleh ia sentuh.
b. Incongruity (Ketidaksesuaian tingkah laku)
Perilaku yang dianut individu berdasarkan dengan nilai-nilai yang tidak sesuai dengan self konsep tetapi justru sejalan dengan pengalaman yang bertentangan dengan struktur kepribadian. Ketidak sesuian tingkah laku sebagai akibat dari perkembangan keadaan dan ketidak sesuaian antara konsep diri dan pengalaman maka timbulah ketidaksesuaian tingkah laku karena ketidak mampuan menilai diri sendiri secara positif, kecuali nilai-nilai yang dipaksakan. Hal ini sering menimbulkan kecemasan terhadap individu tersebut.
c. Anxiety (Kecemasan)
Kecemasan muncul sebagai reaksi terhadap penolakan, merasa terancam, takut disakiti yang akhirmya memicu bagaimana ia melakukan pembelaan terhadap dirinya.
d. Defense Mechanisms ( Mekanisme pertahanan)
Mekanisme pertahanan adalah tindakan yang dilakukan oleh individu untuk mempertahankan supaya persepsinya terhadap pengalaman yang terjadi tetap konsisten dengan struktur self. Contoh : Seorang wanita yang menggunakan rasio berpikir untuk menilai apa yang telah ia lakukan.
e. Maladaptive Behavior (Tingkah laku yang salah suai)
Perilaku menyimpang biasanya menggiring individu berada pada tingkat ketegangan atau kecemasan, perilaku ini cenderung kaku (tidak fleksibel) karena adanya kerancuan persepsi dirinya terhadap pengalaman yang sudah ia alami sendiri. Dampaknya individu tersebut tidak mampu menjadi pribadi yang fleksibel, tidak bisa berbaur dengan lingkungan dan irasional.

C.    Karakteistik Konseling Behavioral
Berfokus pada tingkah laku yang tampak Cermat dan operasional dalam merumuskan tujuan konseling Mengembangkan prosedur perlakuan spesifik Penilaian obyektif terhadap tujuan konseling
1. Perkembangan kepribadian salah suai Tingkah laku bermasalah adalah tingkah laku atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau tingkah laku yang tidak tepat, yaitu tingkah laku yang tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan Tingkah laku yang salah hakikatnya terbentu k dari cara belajar atau lingkungan yang salah
2. Manusia bermasalah mempunyai kecenderungan merespon tingkah laku negatif dari lingkungannya. Tingkah laku maladaptif terjadi karena kesalapahaman dalam menanggapi lingkungan dengan tepat Seluruh tingkah laku manusia didapat dengan cara belajar dan juga dapat diubah dengan menggunakan prinsip-prinsip belajar
3. Tujuan konseling Menghapus/menghilangkan tingkah laku mal a daptif (masalah) untuk di       gantikan dengan tingkah laku baru yaitu tingkah laku adaptif yang diinginkan klien.

D.    Model Behavioristik
            Menurut model ini, penyebab gangguan perilaku adalah proses belajar yang salah (faulty learning). Bentuk kesalahan belajar itu ada dua kemungkinan.
            Pertama gagal mempelajari bentuk-bentuk perilaku atau kacakapan adaptif yang di perilakukan dalam hidup. Kegagalan ini dapat bersumber dari tidak adanya kesempatan untuk belajar, misal seorang anak laki-laki yang dibesarkan hanya oleh ibunya, sesudah ia teminin ,karena tidak pernah menemukan model mempelajari sifat-sifat dan peran lelaki. Akibatnya ia selalu canggung dalam bergaul baik dengan sesama lawan maupun dengan  jenis. Bila terjadi kegagalan itu merupakan sejenis akibat tak diinginkan dari suatu usaha untuk menanamkan sesuatu yang adaptif secara berlebihan.
Misalnya pada kasus pria feminin di atas,sifat femininnya itu tumbuh akibat pengalaman di besarkan dalm keluarga dengan ayah memiliki pandangan kaku tentang pembagian peran secara seksual dan bersikap sangat keras sampai-sampai berdampak melecehkan peran perempuan. Akibatnya anak ini menjadi feminine akibat simpati pada model perempuan ibu yang tertindas serta penolakannya terhadap model lelaki ayah yang kasar dan angkuh.
            Kedua, mempelajari tingkah laku yang maladaptif. Misalnya seorang anak yang sesudah dewasa cenderung agresif dan asosial karena di besarkan di tengah keluarga yang retak dengan ayah pemabuk dan senang memukuli istri dan anak-anaknya (ayahy tipe child and wife beather).
            Menurut model behavioristik,tingkah laku maladaptif yang terlanjur terbentuk dapat di hilangkan dengan cara bersangkutan ditolong belajar menghilangkannya sekaligus mempelajari tingkah laku baru yang lebih menjamin kebahagian dirinya sendiri maupun dalm hubungannya dengan orang lain.

E.     Konsep-konsep Penting dalam Behaviorisme
1.      Reinforcement
Reinforcement merupakan konsep dasar dalam perubahan prilaku aliran behavioral. Reinforcement ada bersifat positif dan negatif. Reinforcement negatif hanya memberitahu apa yang salah bukan apa yang benar. Contoh anak kecil ngompol di tempat tidur,lalu orang tua memarahi. Gunakanlah penguat negatif untuk menghentikan berlangsungnya prilaku yang tidak dikehendaki. Reinforcement positif, bertujuan untuk meneruskan/meningkatkan perilaku yang diinginkan. ketika anak menampilkan prilaku yang dikehendaki, lalu orang tua memberi hadiah.
2.      Extinction adalah perubahan prilaku yang awalnya tidak senang, laman kelamaan menjadi senang, Ex awalnya anak takut pada ayahnya, kemudian berangsur hilang . Hilangnya rasa takut pada ayah itulah yang disebut proses extintion. Generalization adalah prilaku tidak senang pada orang yang mirip dengan orang yang tidak disenanginya. Misal, takut pada ayah, juga takut pada polisi, guru dll.
3.      Diskriminasi adalah prilaku yang awalnya tidak senang, tapi tetap berusaha mengenali lebih dekat lagi, sehingga perasaan yang awalnya tidak senang berubah sedikit demi sedikit menyenangi.

F.     Perilaku yang Disruptif atau Penyimpangan Perilaku.
Banyak anak menunjukkan perilaku yang”nakal”, tidak patut, tidak bertanggung jawab, salah, dan melanggar aturan . Perilaku BM ituberbeda .“ Apa yang sering membuat perilaku-perilaku ini menyimpang, dan anak-anak yang berbeda di dalamnya mengalami konflik, adalah kenyataanya bahwa perilaku ini diperlihatkan di tempat yang salah, diwaktu yang salah, di tengah kehadiran orang yang salah dan dengar kadar yang tidak layak.”( Apter dalam morgan & Jenson 1988).
Guru sudah sewajarnya dibuat jengkel bahkan marah dan mengeluh mengenai perilaku disruptif seperti:
1.   Terus-menerus memanggil guru dan berbicara di luar gilirannya.
2.   Berguling-guling di tikar pada jam instruksi atau jam mendongeng
3.   Kegelisahan motorik ( hiperaktif, keluyuran, dari tempat duduk dan menjengkelkan orang lain; berayun-ayun terus menerus dikursi)
4.   Suara yang kerasnya tidak wajar
5.   Terlalu sering berperilaku off-task, tidak memperhatikan, konsentrasi gampang dan cepat buyar.
`     Gambaran ini terdengar setiap hari disekolah-sekolah, dan yang paling sering adalah tidajk menurut dan pembengkang. Memang aspek perilaku ini lebih sering menjadi alasan bagi perujukan dari pada masalah perilaku yang lain ( Kazdin dalam Morgan & Jenson 1988).
Ada sejumlah istilah atau penggambaran yang digunakan untuk anak-anak ini. Conduct-disardered(berperilaku menyimpang), attention-deficit disordered (ADD / kurang perhatian), socio-emotionally disturbed( terganggu secara social dan emosional), hyperactive. Walaupun istilah-istilah ini dapat digunakan dalam konteks klinis. Sekolah memiliki dampak, kekuasaan atau bahkan pengaruh yang terbatas terhadap kehidupan rumah seorang anak. Sebagaimana Wragg (1989) telah mencatat, perilaku disruptif bukan sepenuhnya kesalahan si anak, tidak pula sebuah program korektif atau pelatihan kembali dapat menghilangkan kebutuhan akan intervensi lainnya .
Penting bahwa sekolah menyediakan konseling, kesejahteraan komunitas dan hubungan bantuan ernis yang selayaknya, berdampingan dengan pemulihan perilaku. Hal kunci yang harus di ingat adalah walaupun sekolah dapat secara langsung membantu, mendukung, dan mempengaruhi perubahan perilaku, mereka mungkin memiliki keberhasilan terbatas dalam memodifikasi lingkungan rumah.




















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Behaviorisme menjelaskan mekanisme proses terjadi dan berlangsungnya perilaku individu dapat digambarkan dalam bagan berikut :
S > R atau S > O > R
S = stimulus (rangsangan); R = Respons (perilaku, aktivitas) dan O=organisme (individu/manusia).           Karena stimulus datang dari lingkungan (W = world) dan R juga ditujukan kepadanya, maka mekanisme terjadi dan berlangsungnya dapat dilengkapkan seperti tampak dalam bagan berikut ini :
W > S > O > R > W
Yang dimaksud dengan lingkungan (W = world) di sini dapat dibagi ke dalam dua jenis yaitu : 1. Lingkungan objektif (umgebung=segala sesuatu yang ada di sekitar individu dan secara potensial dapat melahirkan S).  2.Lingkungan efektif (umwelt=segala sesuatu yang aktual merangsang organisme karena sesuai dengan pribadinya sehingga menimbulkan kesadaran tertentu pada diri organisme dan ia meresponsnya).  
Karakteristik pribadi salah suai : 1. Keterasingan, 2. ketidaksuaian tingkah laku. 3. Kecemasan. 4. Mekanisme pertahanan. 5. Tingkah laku salah suai. Adapun konsep-konsep penting behaviorisme adalah 1. Reincforcemen. 2. Extinction. 3. Diskriminasi.

B.     Saran.
Dalam hal ini maka sebagai seorang konselor harus mengetahui salah suai dari peserta didiknya. Ini dimungkinkan agar klien mampu berkembang lebih baik dari sebelumnya, dan tentunya menjadikan klien mampu berkembang dengan sendirinya. Dalam hal ini sebagai seorang konselor selain mengetahui prilaku salah suai dari kliennya juga mampu membantu menyelesaikan klien



DAFTAR PUSTAKA

Rogers, Bill. 2004. Behavior Recovery. PT. Grasindo: Jakarta.
Sudrajat, Akhmad. 2008. Memahami Perilaku Individu 2. Tersedia di http://akhmadsudrajat.wordpress.com/. Tanggal 6 Maret 2012. Pukul 19.30 WIB.
Skinner. 2011. Konseling Behavioral Skinner. Tersedia di http://oxygendistro.blogspot.com/. Tanggal 6 Maret 2012. Pukul 20.00 WIB.